Critical Review : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN ASET TAK BERWUJUD PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN ASET TAK BERWUJUD PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
RANGKUMAN CRITICALREVIEW
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliahPelaporan Akuntansi Keuangan
Oleh:
Akbar Rizal Maulana
(2016)
Surya Widianingsih
(2016121376)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. karena dengan berkah, rahmat, karunia, serta hidayah-hidayah kami dapat menyelesaikan makalah “Rangkuman Critical Review”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pelaporan Akuntansi Keuangan. Untuk itu kami sangat berterimkasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen matakuliah Pelaporan Akuntansi Keuangan yang telah memberiakan arahan dan petunjuk sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pamulang, 8 Mei 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstrak
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Teori
Penelitian Terdahulu
Judul =FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN ASSET TAK BERWUJUD PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Peneliti =Amerti Irvin Widowati
Tahun Penelitian =2011
Abstract
Changed forward “mew economy” has explained the basis for transformation from the old style to new economy one, which was triggered by change in technology. The new economy is mainly laid on the management of intangible assets of a firm, including higher expertise, competence, and knowledge employee, better structure and infrastructure of the firm, and higher customers loyalty. The old economy, on the other hand is mainly laid on the management of tangible assets. Accounting practices so far has not provided sufficient information on intangible assets, which is prominent in capital market.
This study aimed to identify factors affecting intangible assets reporting in a firm. Samples were taken from 123 firms listed on BEI from 2005-2007. Observation were made on structural capital, relational capital, and human capital.
Result indicated that industry type and profitability were the most important factors affecting the intangible assets reporting. Whereas, firms size, ownership concentration, leverage, profitability and auditor type were less important.
Key words: voluntary disclosure of intangible assets, industries type, firm size, leverage, ownership concentration, auditor type, profitability.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya perubahan yang terjadi pada berbagai bidang. Perubahan tersebut juga terjadi pada faktor ekonomi, yang biasa disebut sebagai perubahan menuju “new economy”. Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan perubahan yang mendasar dari transformasi ekonomi dari cara ekonomi lama masuk ke cara ekonomi baru. Transformasi ini dipicu dengan adanya perubahan teknologi, terutama teknologi informasi dan bio teknologi, liberalisasi perdagangan dan internasionalisasi sistem produksi, dan hasil dari pembentukan kembali ekonomi, produksi, energy, transformasi dan sistem lain untuuk mencapai perbaikan yang berkelanjutan. Pembentukan ekonomi baru lebih didasarkan pada pengolahan kekayaan perusahaan yang intangible, yaitu dengan dukungan karyawan yang semakin ahli, kompetensi dan berpengetahuan, struktur dan infrastruktur perusahaan yang semakin baik, dan loyalitas pelanggannya, sedangkan old economy lebih didasarkan pada pengelolaan kekayaan perusahaan yang tangible (physical assets) (Saputro, 2001). Dengan demikian informasi intangible perusahaan menjadi sangat penting dan dibutuhkan oleh stakeholders untuk membuat keputusan investasi dan kredit.
Menurut Eccles et al., (2001) terdapat 10 jenis informasi yang dibutuhkan oleh para investor dari hasil survey yang dilakukan oleh Price Waterhouse Coopers (PWC). Sepuluh diantaran jenis informasi tersebut, hanya tiga yang berupa informasi keuangan, antara lain cash flow, earnings, dan gross margin. Tujuh jenis sisanya, dua diantaranya dihasilkan dari data internal perusahaan, yaitu strategic directions dan competitive landscape dan lima yang lainya dapat dianggap sebagai intangibles, yaitu pertumbuhan pasar, kualitas/pengalaman tim manajemen, ukuran pasar (market size) dan pangsa pasar, kecepatan melayani pasar. PWC juga mengungkapkan 14 jenis informasi yang dianggap cukup penting, yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu pelanggan (saluran distribusi, brand equity/visibility, dan tingkat perputaran pelanggan), pegawai (modal intelektual, tingkat retensi pegawai, dan pendapatan per karyawan), dan inovasi (pendapatan dari produk baru, tingkat keberhasilan produk baru, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, dan siklus pengembangan produk).
Lima jenis informasi yang termasuk dalam kelompok aset tak berwujud tidak diungkapkan dalam laporan keuangan (neraca) atau bahkan dalam bentuk supplement disclosure sehingga menimbulkan kesenjangan informasi (information gap) (Purnomosidhi, 2006). Hal tersebut mencerminkan bahwa penguasaan perusahaan atas asset tak berwujud mempunyai presentase kurang untuk mencerminkan nilai perusahaan.
Fenomena
Fenomena dalam penelitian ini adalah kelompok aset tak berwujud yang tidak diungkapkan dalam laporan keuangan (neraca). Kasus seperti ini dialami oleh beberapa perusahaan, contohnya Microsoft. Microsoft, pada kuartal kedua tahun 200 memiliki nilai pasar (jumlah lembar saham dikalikan harga pasara per lembar saham) lebih dari $600 juta, tetapi nilai buku aktivanya hanya kurang lebih $45 juta ($22 juta diantaranya adalah aktiva lancar). Hal tersebut mencerminkan bahwa pasar menilai begitu besar nilai perusahaan yang memiliki future benefit. Future benefit tersebut tidak dapat diukur dengan pasti dan tidak Nampak dalam laporan keuangan, seperti pelanggan yang berjumlahjutaan, riset dan pengembangan yang dilakuakan terus menerus, posisi pasar yang kuat, nama perusahaan, dan kemampuan karyawan yang ditunjukkan dengan pengalaman, pendidikan, keahlian, pengetahuan, kemampuan untuk mengikuti perubahan dan kompetensinya (Saputro, 2011).
Selain Microsoft terdapat beberapa perusahaan yang mempunyai nilai pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bukunya. Contoh perusahaan lain adalah Coca-Cola, Intel, General Electric, dan Exxon.
Pada beberapa kasus perusahaan yang memilikinilai pasar lebih tinggi dari pada nilai asset, dapat mencerminkan bahwa laporan keuangan tradisional telah dirasakan gagal untuk menyajikan informasi yang penting seperti asset tak berwujud. Adanya perbedaan yang besar antara nilai pasar dan nilai yang dilaporkan akan membuat laporan keuangan menjadi tidak berguna untuk pengambilan keputusan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003)
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori
Teori yang digunkan dalam penelitian ini yaitu teori agensi dan teori sinyal. Teori agensi sebagai grand theory, sedangkan teori sinyal sebagai teori pendukung. Penggunaan dua teori ini karena tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan fenomena pengungkapan secara lengkap.
Teori Agensi
Teori agensi berhubungan dengan principal dan agent dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan (Jansen and Meckling, 1976). Hubungan tersebut diasumsikan masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent (Halim, 2005). Pemegang saham sebagai principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas semakin meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Teori Sinyal
Menurut Moris (1987) asumsi dasar signaling theory yaitu masalah asimetri informasi yang terjadi didalam pasar. Teori ini menunjukan bagaimana asimetri informasi dapat dikurangi oleh pihak yang lebih banyak memiliki informasi dengan mengirimkan sinyal kepada pihak lain. Signaling merupakan suatu gejala umum yang dapat diaplikasikan pada setiap pasar dengan asimetri informasi.
Penelitian Terdahulu
Pada jurnal penelitian tersebut tidak mencantumkan penelitian terdahulunya.
Demikian Critical Riview jurnal kami, lebih lengkapnya terdapat pada lampiran pdf dan word
Posting Komentar untuk "Critical Review : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN ASET TAK BERWUJUD PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI"